Dalam era di mana kekayaan materi seringkali menjadi tolok ukur kesuksesan, ceramah dari Gus H. Anas Al Hifni, Direktur Perekonomian Pondok Pesantren Sunan Drajat, memberikan perspektif yang berbeda. Beliau mengingatkan kita bahwa investasi terbesar yang bisa diberikan orang tua kepada anak-anaknya bukanlah harta, melainkan ilmu, terutama ilmu agama.
Kewajiban Pendidikan Agama
Gus Anas menekankan bahwa setiap orang tua memiliki kewajiban yang besar untuk memastikan anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang layak. Lebih dari sekadar pendidikan formal di sekolah umum, beliau menyoroti pentingnya pendidikan di lembaga seperti Pondok Pesantren Sunan Drajat. Tujuannya adalah untuk membentuk generasi yang tidak hanya pandai, tetapi juga memiliki fondasi agama yang kuat. Dengan bekal ilmu agama, anak-anak diharapkan mampu membaca Al-Qur’an dan kitab, menjadi ahli di bidang agama, dan mengamalkan ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah. Pada akhirnya, mereka akan tumbuh menjadi individu yang tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga bagi masyarakat, bahkan bisa menjadi pemimpin atau imam yang baik.
Ilmu Jauh Lebih Berharga dari Harta
Poin paling berharga dari ceramah Gus Anas adalah ketika beliau mengutip perkataan bijak dari Imam Ibnu Katsir: “Cucu atau keturunan yang paling lemah bukanlah yang tidak memiliki uang, melainkan yang tidak memiliki ilmu.”
Pernyataan ini menampar kesadaran kita tentang prioritas hidup. Seringkali, orang tua berjuang keras untuk menumpuk kekayaan materi demi masa depan anak-anak mereka. Namun, harta bisa habis, bisnis bisa bangkrut, dan warisan bisa lenyap. Sebaliknya, ilmu adalah aset yang abadi. Ilmu tidak akan pernah habis, bahkan akan terus berkembang dan menjadi bekal yang tak ternilai harganya. Keturunan yang tidak memiliki ilmu akan menjadi lemah, mudah terombang-ambing oleh arus zaman, dan rentan terhadap tantangan hidup.
Oleh karena itu, mendidik anak-anak dengan ilmu, terutama ilmu agama, adalah investasi jangka panjang yang paling aman dan menguntungkan. Pendidikan yang baik akan membentuk karakter, menguatkan iman, dan membuka pintu-pintu rezeki yang tidak terduga. Mari jadikan ilmu sebagai warisan utama bagi generasi mendatang, agar mereka tidak menjadi “keturunan yang paling lemah,” melainkan generasi yang kuat, beriman, dan bermanfaat bagi semesta.




