Bapak pengajar panggung kehidupan, penghitung jari
Tak banyak cakap juga tak pandai mengolah kata
Setiap huruf bijak itu takkan berbunyi lagi
Yang bapak bisa hanya menemani hingga senja habis ditelan dunia
“bapak ini hanya berpengalaman melakon alur sandiwara”
Juga tak pandai mengolah kata
Bapak hanya bisa menemani sampai detak detik arloji berhenti
Sampai tirai sandiwara menutup rapat esok hari
Bapak itu teman sejati
Saat sedih kami meluap memenuhi buku sedu sedan
Bapak menenangkan meski sedihmu lebih keras dalam
Saat perih kami menusuk menembus kulit bisu
Bapak sumpal lubang itu agar tak terlanjur sambil menelan kemarau dulu
Sekali, kami ingin kembali di dekatmu
Kembali mendengarkan naskah sandiwara kehidupan pelikmu
Di bawah lampu sorot kala berteater. Menikmati gema suara jerit dan tangismu
Mengajarkan agar tidak sedu sedan itu “lagi”
Hanya saja kami tak tahu dan tak mau tahu
Kapan tiba detak detik waktumu